Putroe Phang dan Sejarah 15 Tahun

Tanpa terasa, 15 tahun telah berlalu. Lenggak lenggok para penari, jerit tangis pemain drama hingga alunan merdu suara penyair, telah menjadi sejarah yang tidak mampu terlupakan. 

Pertengahan Desember 1994, dua mahasiswa menemui Drs. Soekardi Sukirman selaku Pembantu Rektor (PR) III Unsyiah saat itu. Mereka terlihat asyik berbincang-bincang berbagai permasalahan yang terjadi di kampus Unsyiah hingga permasalahan kreatifitas mahasiswa khususnya yang berkaitan dengan seni. Kebetulan, saat itu akan diadakan Dialog Kebudayaan.


Kedua mahasiswa itu, T.M. Zulfikar dan Muhammad Sulaiman, mempertanyakan perihal Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) seni yang tidak berkembang di Unsyiah. Saat itu belum ada jawaban pasti.
Akan tetapi, perjuangan tetap dilanjutkan. Berbagai usaha, mulai dari kegiatan hingga pertemuan-pertemuan rutin terus dilakukan. Lima belas tahun silam, tepatnya pada tanggal 14 juni 1995, perjuangan dan usaha keras tersebut membuahkan hasil. UKM Seni Putroe Phang (S-PP) lahir setelah disahkannya Surat Keputusan oleh PR III Unsyiah.
UKM ini memiliki tiga cabang seni, yaitu musik modern, musik klasik dan tari. Bahkan, hingga saat ini, Putroe Phang telah memiliki lebih kurang 50 anggota yang aktif.
Visi misi dari UKM S-PP adalah untuk menampung minat dan bakat di bidang seni sebagai ajang kreativitas dan menjaga kelestarian kebudayaan Aceh dapat terus eksis, serta mengadakan pelatihan, pengembangan dan penelitian seni, dan pendampingan pada generasi muda sehingga tercipta bibit-bibit yang cinta akan kebudayaan Aceh.

Kharis, salah seorang anggota Putroe Phang mengaku bangga dan senang bisa bergabung bersama UKM ini. Ia sudah menjadi anggota selama dua tahun.

“Disini dipenuhi anak muda yang energik dan penuh semangat, berkeinginan untuk belajar seni secara`serius dan kuat. Kekompakan antar anggota seperti layakanya sebuah keluarga, sama-sama senang dan sama-sama susah,”ujar mahasiswa FKIP Kesenian ini.

Kekompakan dan sikap kekeluargaan di UKM Putroe Phang memang menjadi perhatian serius. Karena, kekompakan yang menyatu antar seluruh anggota menjadi kunci eksisnya Putroe Phang.
UKM Putroe Phang patut berbangga, selama 15 tahun perjalanannya, berbagai prestasi telah diraih, baik untuk tingkat lokal maupun tingkat nasional, kesemua itu demi mengangkat nama Unsyiah dan Aceh. (Lihat Tabel).

Ketua Umum generasi ke-15 Putroe Phang, Lasman Fakhrurrazi, mengatakan bahwa, setelah 15 tahun berdirinya UKM ini, masih banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi, seperti minimnya dana operasional, fasilitas yang minim hingga tempat tempat latihan yang kurang memadai. “Padahal Putroe Phang telah berdiri 15 tahun di Unsyiah, tapi tempat latihan hingga kini belum jelas dan tidak memadai,” ungkapnya.
Selain itu, Fakhrurazi juga menolak tudingan jika Putroe Phang memiliki ruangan yang luas dan besar. Pendapat itu sangatlah tidak logis menurutnya, karena ruangan itu digunakan bukan hanya untuk kantor saja, melainkan juga untuk latihan tari, musik tradisional dan juga band.

UKM Putroe Phang merupakan suatu wadah bagi mahasiswa Unsyiah untuk mengembangkan dan menggali potensi diri dalam aktivitas berkesenian, serta turut berperan aktif dan berpartisipasi membantu pemerintah dalam pelestarian kebudayaan dan mengangkat nama Unsyiah dimata Universitas lain. “Namun mengapa dana operasional untuk UKM ini dipersulit oleh pihak birokrasi? Saat ini dana yang diberikan hanya sebesar Rp 2.000.000 rupiah. Tentu masih terbilang kurang,” tambah sang ketua.

Untuk tari misalnya, sebut Fakhrurrazi, pihaknya membutuhkan seorang pelatih yang harus dibayar (minimal Rp 8.000.000). Meminta bantuan kepada para senior sudah tidak mungkin karena sebagian besar dari mereka memiliki kesibukan sendiri dan tidak lagi berada di Banda Aceh. Belum lagi jika hendak pementasan atau tampil dalam suatu acara, semuanya membutuhkan dana.

Kondisi ini tentu sangatlah disayangkan. Akankah Visi dari UKM S-PP untuk menampung minat dan bakat di bidang seni sebagai ajang kreativitas dan menjaga kelestarian kebudayaan Aceh dapat terus eksis.
Misi dari UKM S-PP unsyia yaitu mengadakan pelatihan, pengembangan dan penelitian seni, serta pendampingan pada generasi muda sehingga tercipta bibit-bibit yang cinta akan kebudayaan Aceh.

DETaK | Maulida Sari

0 comments: